MAKALAH AGAMA ISLAM
PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI INDONESIA
DI SUSUN OLEH:
PUGUH PRASETYO
C51111080
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya
sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI INDONESIA”
Makalah ini
berisikan tentang informasi pertanian subsisten di indonesia, karakteristik
serta perspektif penyebaran agama islam di indonesia. Diharapkan Makalah ini
dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang penyebaran agama islam di
indonesia.
Saya menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Pontianak, februari2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Sejarah
masuknya Islam ke wilayah Nusantara sudah berlangsung demikian lama, sebagian
berpendapat bahwa Islam masuk pada abad
ke-7 M yang datang lansung dari Arab.
Pendapat lain mengatakan bahwa Islam masuk pada abad ke-13, dan ada juga yang
berpendapat bahwa Islam masuk pada sekitar abad ke 9 M atau 11 M . Perbedaan
pendapat tersebut dari pendekatan historis semuanya benar, hal tersebut didasar
bukti-bukti sejarah serta peneltian para sejarawan yang menggunakan pendekatan
dan metodenya masing-masing.
Berdasarakan beberapa buku dan keterangan sumber referensi sejarah,
bahwa Islam mulai berkembang di Nusantara sekitar abad 13 M . hal tersebut tak
lepas dari peran tokoh serta ulama yang
hidup pada saat itu, dan diantara tokoh yang sangat berjasa dalam proses
Islamisasi di Nusantara terutama di tanah Jawa adalah “ Walisongo”. Peran
Walisongo dalam proses Islamisasi di tanah Jawa sangat besar. Tokoh Walisongo
yang begitu dekat dikalangan masyarakat muslim kultural Jawa sangat mereka hormati. Hal ini karena
ajaran-ajaran dan dakwahnya yang unik serta sosoknya yang menjadi teladan serta
ramah terhadap masyarakat Jawa sehingga dengan mudah Islam menyebar ke seluruh
wilayah Nusantara.
B. TUJUAN
- Untuk mengingat kembali tentang bagaimana
Islam masuk ke
Indonesia.
- Supaya kita bisa mencontoh bagaimana cara
berdakwah yang baik
- Mengenang kembali jasa-jasa para pejuang
terdahulu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Awal Masuknya Islam di Indonesia
Ketika Islam
datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme,
dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia bahkan
dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang
bercorak Hindu dan Budha. Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan
Taruma Negara di Jawa Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya.
Namun Islam datang ke wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik,
karena Islam datang dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara
manusia (tidak ada kasta), menghilangkan perbudakan dan yang paling penting
juga adalah masuk kedalam Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah
syahadat dan tidak ada paksaan.
Tentang kapan Islam datang masuk ke Indonesia,
menurut kesimpulan seminar “ masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d
20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah
atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam
sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa
pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin
Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.
B. Cara Masuknya Islam di Indonesia
Islam
masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam
berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif
berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama berpegang teguh pada
prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 : Artinya : Tidak ada paksaan dalam agama
(Q.S. al-Baqarah ayat 256)
Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara
antara lain ;
1. Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang
melayu telah lama menjalin kontak dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah
berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra
Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke
Nusantara (Indonesia). Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari
keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam. Artinya mereka berdagang
sambil menyiarkan agama Islam.
2. Kultural
Artinya penyebaran Islam di Indonesia
juga menggunakan media-media kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para
wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian
wayang. Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan
ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya. Kedua kesenian
tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia khususnya jawa
sampai sekarang. Sedang Sunan Giri menciptakan banyak sekali mainan anak-anak,
seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.
3. Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu lembaga
pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia. Para
da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah
keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan
Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri.
Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean,
Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai sekarang pesantren
terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh
Indonesia.
4. Kekuasaan politik
Artinya
penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para
Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan
menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh
Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama
sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh
Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam
melindungi dakwah Islam di Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya
negara nasional Indonesia dimasa mendatang.
C. Perkembangan Islam di Beberapa Wilayah Nusantara
1. Di Sumatra
Kesimpulan
hasil seminar di Medan tersebut di atas, dijelaskan bahwa wilayah Nusantara
yang mula-mula dimasuki Islam adalah pantai barat pulau Sumatra dan daerah
Pasai yang terletak di Aceh utara yang kemudian di masing-masing kedua daerah
tersebut berdiri kerajaan Islam yang pertama yaitu kerajaan Islam Perlak dan
Samudra Pasai.
Menurut
keterangan Prof. Ali Hasmy dalam makalah pada seminar “Sejarah Masuk dan
Berkembangnya Islam di Aceh” yang digelar tahun 1978 disebutkan bahwa kerajaan
Islam yang pertama adalah kerajaan Perlak. Namun ahli sejarah lain telah
sepakat, Samudra Pasailah kerajaan Islam yang pertama di Nusantara dengan
rajanya yang pertama adalah Sultan Malik Al-Saleh (memerintah dari tahun 1261
s.d 1297 M). Sultan Malik Al-Saleh sendiri semula bernama Marah Silu. Setelah
mengawini putri raja Perlak kemudian masuk Islam berkat pertemuannya dengan
utusan Syarif Mekkah yang kemudian memberi gelar Sultan Malik Al-Saleh.
Kerajaan Pasai
sempat diserang oleh Majapahit di bawah panglima Gajah Mada, tetapi bisa
dihalau. Ini menunjukkan bahwa kekuatan Pasai cukup tangguh dikala itu. Baru
pada tahun 1521 di taklukkan oleh Portugis dan mendudukinya selama tiga tahun.
Pada tahun 1524 M Pasai dianeksasi oleh raja Aceh, Ali Mughayat Syah.
Selanjutnya kerajaan Samudra Pasai berada di bawah pengaruh keSultanan Aceh
yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam (sekarang dikenal dengan kabupaten Aceh
Besar).
Munculnya
kerajaan baru di Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam, hampir bersamaan
dengan jatuhnya kerajaan Malaka karena pendudukan Portugis. Dibawah pimpinan
Sultan Ali Mughayat Syah atau Sultan Ibrahim kerajaan Aceh terus mengalami
kemajuan besar. Saudagar-saudagar muslim yang semula berdagang dengan Malaka
memindahkan kegiatannya ke Aceh. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada
masa pemerintahan Iskandar Muda Mahkota Alam ( 1607 - 1636).
Kerajaan Aceh
ini mempunyai peran penting dalam penyebaran Agama Islam ke seluruh wilayah
Nusantara. Para da’i, baik lokal maupun yang berasal dari Timur Tengah terus
berusaha menyampaikan ajaran Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Hubungan yang
telah terjalin antara kerajaan Aceh dengan Timur Tengah terus semakin
berkembang. Tidak saja para ulama dan pedagang Arab yang datang ke Indonesia,
tapi orang-orang Indonesia sendiri banyak pula yang hendak mendalami Islam
datang langsung ke sumbernya di Mekah atau Madinah. Kapal-kapal dan ekspedisi
dari Aceh terus berlayar menuju Timur Tengah pada awal abad ke 16. Bahkan pada
tahun 974 H. atau 1566 M dilaporkan ada 5 kapal dari kerajaan Asyi (Aceh) yang
berlabuh di bandar pelabuhan Jeddah. Ukhuwah yang erat antara Aceh dan Timur
Tengah itu pula yang membuat Aceh mendapat sebutan Serambi Mekah.
2. Di Jawa
Benih-benih
kedatangan Islam ke tanah Jawa sebenarnya sudah dimulai pada abad pertama
Hijriyah atau abad ke 7 M. Hal ini dituturkan oleh Prof. Dr. Buya Hamka dalam
bukunya Sejarah Umat Islam, bahwa pada tahun 674 M sampai tahun 675 M. sahabat
Nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan pernah singgah di tanah Jawa (Kerajaan Kalingga)
menyamar sebagai pedagang. Bisa jadi Muawiyah saat itu baru penjajagan saja,
tapi proses dakwah selanjutnya dilakukan oleh para da’i yang berasal dari
Malaka atau kerajaan Pasai sendiri. Sebab saat itu lalu lintas atau jalur
hubungan antara Malaka dan Pasai disatu pihak dengan Jawa dipihak lain sudah
begitu pesat.
Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya
dilakukan oleh para Wali Sanga, yaitu :
a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Beliau dikenal
juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor penyebaran Islam di
Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata negara dan sebagai perintis lembaga
pendidikan pesantren. Wafat tahun 1419 M.(882 H) dimakamkan di Gapura Wetan
Gresik
b. Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Dilahirkan di
Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya orang Cempa, ia sebagai mufti
dalam mengajarkan Islam tak kenal kompromi dengan budaya lokal. Wejangan
terkenalnya Mo Limo yang artinya menolak mencuri, mabuk, main wanita, judi dan
madat, yang marak dimasa Majapahit. Beliau wafat di desa Ampel tahun 1481 M.
Jasa-jasa Sunan Ampel :
1) Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Dari
pesantren ini lahir para mubalig kenamaan seperti : Raden Paku (Sunan Giri),
Raden Fatah (Sultan Demak pertama), Raden Makhdum (Sunan Bonang), Syarifuddin
(Sunan Drajat) dan Maulana Ishak yang pernah diutus untuk menyiarkan Islam ke
daerah Blambangan.
2) Berperan aktif dalam membangun Masjid Agung Demak yang
dibangun pada tahun 1479 M.
3) Mempelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut
menobatkan Raden Patah sebagai Sultan pertama.
c. Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)
Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak.
Ia sebagai ahli fiqih dan menguasai ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan
Majapahit, ia dipercaya sebagai raja peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi
Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel wafat, ia menggantikannya sebagai mufti tanah
Jawa.
d. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Putra Sunan
Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai bersama-sama Raden Paku.
Beliaulah yang mendidik Raden Patah. Beliau wafat tahun 1515 M.
e. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
Ia tercatat
paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia membuat wayang
kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri sempat menentangnya,
karena wayang Beber kala itu menggambarkan gambar manusia utuh yang tidak
sesuai dengan ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang bentuknya
jauh dari manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di bidang fiqih yang
dilakukannya dalam rangka dakwah Islam.
f. Sunan Drajat
Nama aslinya
adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang). Dakwah beliau terutama
dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader para da’i yang berdatangan dari
berbagai daerah, antara lain dari Ternate dan Hitu Ambon.
g. Syarif Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati
yang kerap kali dirancukan dengan Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia
memiliki keSultanan sendiri di Cirebon yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia
juga salah satu pembuat sokoguru masjid Demak selain Sunan Ampel, Sunan
Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan Syarif Hidayatullah dengan kesultanannya
membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang hidup bersamaan kala itu, yaitu
Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak dijadikan pusat dakwah, pusat studi
Islam sekaligus kontrol politik para wali.
h. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan
abad ke 15 dan wafat tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di
daerah kudus dan sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang sangat
terkenal dan merupakan salah satu warisan budaya Nusantara.
i. Sunan Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden
Umar Said putra Sunan Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan
sarana gamelan, wayang serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di
Gunung Muria, disebelah utara kota Kudus. Diparuh awal abad 16 M, Jawa dalam
genggaman Islam. Penduduk merasa tentram dan damai dalam ayoman keSultanan
Demak di bawah kepemimpinan Sultan Syah Alam Akbar Al Fatah atau Raden Patah.
Hidup mereka menemukan pedoman dan tujuan sejatinya setelah mengakhiri masa
Siwa-Budha serta animisme. Merekapun memiliki kepastian hidup bukan karena
wibawa dan perbawa sang Sultan, tetapi karena daulah hukum yang pasti yaitu
syari’at Islam
“Salokantara” dan
“Jugul Muda” itulah dua kitab undang-undang Demak yang berlandaskan syari’at
Islam. Dihadapan peraturan negeri pengganti Majapahit itu, semua manusia sama
derajatnya, sama-sama khalifah Allah di dunia. Sultan-Sultan Demak sadar dan
ikhlas dikontrol oleh kekuasaan para Ulama atau Wali. Para Ulama itu berperan
sebagai tim kabinet atau merangkap sebagai dewan penasehat Sultan.
Dalam versi lain
dewan wali sanga dibentuk sekitar 1474 M. oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel),
membawahi Raden Hasan, Maftuh Ibrahim, Qasim (Sunan Drajat) Usman Haji (ayah
Sunan Kudus, Raden Ainul Yakin (Sunan Gresik), Syekh Sutan Maharaja Raden
Hamzah, dan Raden Mahmud. Beberapa tahun kemudian Syekh Syarif Hidayatullah
dari Cirebon bergabung di dalamnya. Sunan Kalijaga dipercaya para wali sebagai
muballig keliling. Disamping wali-wali tersebut, masih banyak Ulama yang dakwahnya
satu kordinasi dengan Sunan Ampel hanya saja, sembilan tokoh Sunan Wali Sanga
yang dikenal selama ini memang memiliki peran dan karya yang menonjol dalam
dakwahnya.
3. Di Sulawesi
Ribuan pulau
yang ada di Indonesia, sejak lama telah menjalin hubungan dari pulau ke pulau.
Baik atas motivasi ekonomi maupun motivasi politik dan kepentingan kerajaan.
Hubungan ini pula yang mengantar dakwah menembus dan merambah Celebes atau
Sulawesi. Menurut catatan company dagang Portugis pada tahun 1540 saat datang
ke Sulawesi, di tanah ini sudah ditemui pemukiman muslim di beberapa daerah.
Meski belum terlalu banyak, namun upaya dakwah terus berlanjut dilakukan oleh
para da’i di Sumatra, Malaka dan Jawa hingga menyentuh raja-raja di kerajaan
Gowa dan Tallo atau yang dikenal dengan negeri Makasar, terletak di semenanjung
barat daya pulau Sulawesi.
Kerajaan Gowa
ini mengadakan hubungan baik dengan kerajaan Ternate dibawah pimpinan Sultan
Babullah yang telah menerima Islam lebih dahulu. Melalui seorang da’i bernama
Datuk Ri Bandang agama Islam masuk ke kerajaan ini dan pada tanggal 22
September 1605 Karaeng Tonigallo, raja Gowa yang pertama memeluk Islam yang
kemudian bergelar Sultan Alaudin Al Awwal (1591-1636 ) dan diikuti oleh perdana
menteri atau Wazir besarnya, Karaeng Matopa.
Setelah resmi menjadi kerajaan bercorak
Islam Gowa Tallo menyampaikan pesan Islam kepada kerajaan-kerajaan lain seperti
Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone. Raja Luwu segera menerima pesan Islam diikuti
oleh raja Wajo tanggal 10 Mei 1610 dan raja Bone yang bergelar Sultan Adam
menerima Islam tanggal 23 November 1611 M. Dengan demikian Gowa (Makasar)
menjadi kerajaan yang berpengaruh dan disegani. Pelabuhannya sangat ramai
disinggahi para pedagang dari berbagai daerah dan manca negara. Hal ini
mendatangkan keuntungan yang luar biasa bagi kerajaan Gowa (Makasar). Puncak
kejayaan kerajaan Makasar terjadi pada masa Sultan Hasanuddin (1653-1669).
4. Di Kalimantan
Islam masuk ke
Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan Borneo melalui tiga jalur. Jalur
pertama melalui Malaka yang dikenal sebagai kerajaan Islam setelah Perlak dan
Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis kian membuat dakwah semakin menyebar
sebab para muballig dan komunitas muslim kebanyakan mendiamai pesisir barat Kalimantan.
Jalur kedua,
Islam datang disebarkan oleh para muballig dari tanah Jawa. Ekspedisi dakwah ke
Kalimantan ini mencapai puncaknya saat kerajaan Demak berdiri. Demak
mengirimkan banyak Muballig ke negeri ini. Para da’i tersebut berusaha mencetak
kader-kader yang akan melanjutkan misi dakwah ini. Maka lahirlah ulama besar,
salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
Jalur ketiga para da’i datang dari Sulawesi (Makasar)
terutama da’i yang terkenal saat itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang
Parangan.
a. Kalimantan Selatan
Masuknya Islam
di Kalimantan Selatan adalah diawali dengan adanya krisis kepemimpinan
dipenghujung waktu berakhirnya kerajaan Daha Hindu. Saat itu Raden Samudra yang
ditunjuk sebagai putra mahkota oleh kakeknya, Raja Sukarama minta bantuan
kepada kerajaan Demak di Jawa dalam peperangan melawan pamannya sendiri, Raden
Tumenggung Sultan Demak (Sultan Trenggono) menyetujuinya, asal Raden Samudra
kelak bersedia masuk Islam.
Dalam
peperangan itu Raden Samudra mendapat kemenangan. Maka sesuai dengan janjinya
ia masuk Islam beserta kerabat keraton dan penduduk Banjar. Saat itulah tahun
(1526 M) berdiri pertama kali kerajaan Islam Banjar dengan rajanya Raden
Samudra dengan gelar Sultan Suryanullah atau Suriansyah. Raja-raja Banjar
berikutnya adalah Sultan Rahmatullah (putra Sultan Suryanullah), Sultan
Hidayatullah (putra Sultan Rahmatullah dan Marhum Panambahan atau Sultan
Musta’in Billah. Wilayah yang dikuasainya meliputi daerah Sambas, Batang Lawai,
Sukadana, Kota Waringin, Sampit Medawi, dan Sambangan.
b. Kalimantan Timur
Di Kalimantan
Timur inilah dua orang da’i terkenal datang, yaitu Datuk Ri Bandang dan Tuan
Tunggang Parangan, sehingga raja Kutai (raja Mahkota) tunduk kepada Islam
diikuti oleh para pangeran, para menteri, panglima dan hulubalang. Untuk
kegiatan dakwah ini dibangunlah sebuah masjid. Tahun 1575 M, raja Mahkota
berusaha menyebarkan Islam ke daerah-daerah sampai ke pedalaman Kalimantan
Timur sampai daerah Muara Kaman, dilanjutkan oleh Putranya, Aji Di Langgar dan
para penggantinya.
5. Di Maluku.
Kepulauan Maluku
terkenal di dunia sebagai penghasil rempah-rempah, sehingga menjadi daya tarik
para pedagang asing, tak terkecuali para pedagang muslim baik dari Sumatra,
Jawa, Malaka atau dari manca negara. Hal ini menyebabkan cepatnya perkembangan
dakwah Islam di kepulauan ini.
Islam masuk ke
Maluku sekitar pertengahan abad ke 15 atau sekitar tahun 1440 dibawa oleh para
pedagang muslim dari Pasai, Malaka dan Jawa (terutama para da’i yang dididik
oleh para Wali Sanga di Jawa). Tahun 1460 M, Vongi Tidore, raja Ternate masuk
Islam. Namun menurut H.J De Graaft (sejarawan Belanda) bahwa raja Ternate yang
benar-benar muslim adalah Zaenal Abidin (1486-1500 M). Setelah itu Islam berkembang
ke kerajaan-kerajaan yang ada di Maluku. Tetapi diantara sekian banyak kerajaan
Islam yang paling menonjol adalah dua kerajaan , yaitu Ternate dan Tidore.
Raja-raja Maluku yang masuk Islam seperti :
a. Raja Ternate yang bergelar Sultan Mahrum (1465-1486).
b. Setelah beliau wafat digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin
yang sangat besar jasanya dalam menyiarkan Islam di kepulauan Maluku, Irian
bahkan sampai ke Filipina.
c. Raja Tidore yang kemudian bergelar Sultan Jamaluddin.
d. Raja Jailolo yang berganti nama dengan Sultan Hasanuddin.
e. Pada tahun 1520 Raja Bacan masuk Islam dan bergelar Zaenal
Abidin.
Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk
ke Irian yang disiarkan oleh raja-raja Islam di Maluku, para pedagang dan para
muballig yang juga berasal dari Maluku.Daerah-daerah di Irian Jaya yang
dimasuki Islam adalah : Miso, Jalawati, Pulau Waigio dan Pulau Gebi.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Setelah Islam
datang ke Indonesia banyak perubahan-perubahan yang terjadi terutama bagi
rakyat yang menengah ke bawah. Mereka lebih di hargai dan tidak tertindas lagi karena
Islam tidak mengenal sistem kasta, karena semua masyarakat memiliki derajat yang
sama. Islam juga membawa perubahan-perubahan baik di bidang politik, ekonomi
dan agama. Islam juga bisa mempersatukan seluruh masyarakat Indonesia untuk
melawan dan memgusir para penjajah.
B. SARAN
Kami yakin
dalam penulisan makalah ini banyak sekali kekurangannya. Untuk itu kami mohon
kepada para pembaca agar dapat memberikan saran, kritikan, atau mungkin
komentarnya demi kelancaran tugas ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Masykuri, "Potret Masyarakat Madani di
Indonesia", dalam Seminar Nasional tentang "Menatap Masa
Depan Politik Islam di Indonesia", Jakarta:
International
Institute of Islamic Thought, Lembaga Studi Agama dan Filsafat UIN Jakarta, 10 Juni 2003
Ali Daud, Muhammad, Asas-Asas Hukum Islam, Jakarta: Rajawali,
1991, Cet . ke-2
Antonio, Muhammad Syafi'I, Bank Syari'ah: Dari Teori ke
Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, 2001
Anwar, M. Syafi'i, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia: Sebuah
Kajian Politik tentang Cendekiawan Muslim Orde Baru, Jakarta: Paramadina, 1995
Azra, Azyumardi, Islam reformis: Dinamika Intelektual dan
Gerakan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999